Adalah sebuah desa yang bernama Desa
Kramat, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga dengan Luas Wilayah 278 Ha yang terbagi menjadi 5
kadus. Desa ini merupakan desa yang tertinggal, yang berada jauh
diatas/ Pegunungan dengan jarak dari pusat
Kecamatan 10 km dan jarak dari
Pusat Pemerintahan Kabupaten 30 km. Topografinya
pegunungan dan berbukit dengan mata pencaharian utama dari pertanian (sebagai
petani). Semula tidak ada yang istimewa seperti halnya kondisi masyarakat
desa miskin pada umumnya dengan berbagai keterbatasan SDM, dengan
berbagai kesulitan ekonomi masyarakat dan masalah klasikal lainnya. Namun tahun
2010 ini PNPM Mandiri Perdesaan telah memberikan harapan, sesuatu yang tidak
pernah terbayangkan dan tidak pernah terpikirkan masyarakat telah terjadi
disana, bahwa ada suatu potensi luarbiasa yang terpendam dibumi kramat seperti halnya sebuah mutiara yang
terpendam.
Asal Muasal
Bermula dari suatu kejadian yang tidak disengaja, pada tahun 2009 di desa Kramat tepatnya dusun Gembong ada bukit yang longsor karena hujan yang terus menerus. Kebetulan pada saat itu sedang ada Mahasiswa dari ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta (sedang melaksanakan Program Merti Desa) pada saat sedang berjalan jalan di bukit yang longsor tersebut dia melihat dan mengamati bahwa tekstur dan kondisi tanah yang ada unik dan mirip dengan yang ada di Kasongan, Yogyakarta (Pusat Keramik) maka diambel sampel tanah tersebut dan dibawa ke Yogyakarta . Kemudian sampel tanah tersebut dibawa ke LIPI Jakarta untuk diteliti kandungannya. Hasil penelitian dari LIPI ternyata tanah yang berasal dari desa Kramat tersebut menurut penemu dari segi tekstur dan kandungannya disimpulkan memiliki kualitas tinggi dan bagus untuk dijadikan bahan baku keramik. Namun demikian ada beberapa yang menyangsikan juga apakah mungkin? untuk meyakinkannya maka sampel tanah dari Desa Kramat diujicoba dibakar di Kasongan, Yogyakarta. Dan ternyata berhasil dibakar, tidak pecah. Hal ini disampaikan ke pihak desa. Masyarakat terkaget kaget dan terkesima dengan hasil temuan tersebut, ternyata tanah yang melimpah ruah disekeliling mereka merupakan satu potensi alam, yang dimiliki mereka dan bisa dijadikan asset desa. Hasil rembug-rembug bapak kepala desa dan pemuka agar potensi ini bisa dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat maka perlu diadakan Kegiatan Pelatihan Keramik. Hal ini mendapat respon bagus dari masyarakat. Namun demikian muncul permasalahan bahwa untuk mengadakan kegiatan Pelatihan Keramik memerlukan Biaya yang tinggi untuk pengadaan tungku pembakarannya saja harganya 30 juta lebih belum untuk yang lain-lainnya karena desa/masyarakat tidak punya dana dan tidak bisa melaksanakan secara swadaya. Dan jawaban dari permasalahan tersebut adalah dengan diusulkan melalui PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2010.
Asal Muasal
Bermula dari suatu kejadian yang tidak disengaja, pada tahun 2009 di desa Kramat tepatnya dusun Gembong ada bukit yang longsor karena hujan yang terus menerus. Kebetulan pada saat itu sedang ada Mahasiswa dari ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta (sedang melaksanakan Program Merti Desa) pada saat sedang berjalan jalan di bukit yang longsor tersebut dia melihat dan mengamati bahwa tekstur dan kondisi tanah yang ada unik dan mirip dengan yang ada di Kasongan, Yogyakarta (Pusat Keramik) maka diambel sampel tanah tersebut dan dibawa ke Yogyakarta . Kemudian sampel tanah tersebut dibawa ke LIPI Jakarta untuk diteliti kandungannya. Hasil penelitian dari LIPI ternyata tanah yang berasal dari desa Kramat tersebut menurut penemu dari segi tekstur dan kandungannya disimpulkan memiliki kualitas tinggi dan bagus untuk dijadikan bahan baku keramik. Namun demikian ada beberapa yang menyangsikan juga apakah mungkin? untuk meyakinkannya maka sampel tanah dari Desa Kramat diujicoba dibakar di Kasongan, Yogyakarta. Dan ternyata berhasil dibakar, tidak pecah. Hal ini disampaikan ke pihak desa. Masyarakat terkaget kaget dan terkesima dengan hasil temuan tersebut, ternyata tanah yang melimpah ruah disekeliling mereka merupakan satu potensi alam, yang dimiliki mereka dan bisa dijadikan asset desa. Hasil rembug-rembug bapak kepala desa dan pemuka agar potensi ini bisa dimanfaatkan dan dinikmati oleh masyarakat maka perlu diadakan Kegiatan Pelatihan Keramik. Hal ini mendapat respon bagus dari masyarakat. Namun demikian muncul permasalahan bahwa untuk mengadakan kegiatan Pelatihan Keramik memerlukan Biaya yang tinggi untuk pengadaan tungku pembakarannya saja harganya 30 juta lebih belum untuk yang lain-lainnya karena desa/masyarakat tidak punya dana dan tidak bisa melaksanakan secara swadaya. Dan jawaban dari permasalahan tersebut adalah dengan diusulkan melalui PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2010.
Peserta Pelatihan
Untuk menjaring peserta Pelatihan Keramik dibuka pendaftaran dan informasi secara terbuka. Namun karena pelatihan keramik sendiri membutuhkan seorang yang berbakat seni maka dilakukan seleksi oleh calon pelatih yang berasal dari ISI Yogyakarta. Setiap peserta diberi waktu 10 menit untuk melukis benda yang ada di sekitarnya. Hasil dari seleksi tersebut terpilih 10 orang pemuda yang akan menjadi peserta Pelatihan . Mereka semua adalah pemuda putus sekolah dan pengangguran dan berasal dari golongan RTM. Hasil dari proses Verifikasi PNPM pun 10 orang ini dinyatakan layak mengikuti kegiatan Pelatihan.
Pelaksanaan Kegiatan
Hasil Perankingan MAD Prioritas Usulan, dari 22 usulan Non SPP, Usulan Kegiatan Pelatihan Keramik menduduki ranking 4 sehingga desa optimis akan terdanai melalui PNPM MP tahun 2010. Saking semangatnya dan begitu inginnya untuk segera melaksanakan kegiatan pelatihan maka diawal bulan juli sudah dimulai kegiatan pelatihan keramik (Pra Pelatihan), meskipun belum dilaksanakan MAD Penetapan Usulan. Pendanan Kegiatan Pra pelatihan ini berasal dari swadaya, sedangkan secara resmi kegiatan pelatihan keramik baru dimulai pada tanggal 21 Juli 2010 dengan bertempat di tempat yang sengaja dibangun untuk kegiatan pelatihan dimana dananya merupakan hasil swadaya. Instruktur kegiatan pelatihan ini berasal dari ISI Yogyakarta. Berdasarkan RAB, Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan dengan setiap minggu ada 6 hari dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Namun demikian kenyataannya dilaksanakan sampai dengan malam (pkl 22.00 WIB). Semula kami agak mengkhawatirkan apakah dengan jadwal yang begitu Full dari pagi sampai malam hari apalagi selama 3 bulan tidak akan membuat peserta menjadi jenuh?Namun ternyata mereka semua terlihat “Enjoy”. Metode pembelajarannya meliputi teori, praktek , dan evaluasi. Untuk praktek dilaksanakan siang hari sedangkan teori pada malam hari. Pada malam hari semua peserta melalui CD Player diputarkan film tentang materi yang akan dilaksanakan esok hari. setiap peserta untuk mengamati dan merekam dalam memori dan menuangkan imaginasi mereka denagn membuat benda pada esok harinya. Tentunya dari 10 peserta tidak akan ada yang sama. Setiap 2 minggu sekali dilakukan Evaluasi dimana setiap peserta untuk melakukan presentasi barang yang telah dibuat. Jika hasilnya jelek maka dipecah.
Pada evaluasi pertama semua hasil dinyatakan jelek sehingga dipecah semua. Ketika paginya penulis mengunjungi kesana ada 1 dus besar puing-puing pecahan kramik….Aduuh sayang sekali .Tapi menurut instrukturnya ini sebagai ajang Uji mental mereka agar tidak cepat puas diri, agar siap menghadapi tantangan dan kendala serta kondisi terburuk yang bisa saja terjadi dan siap menerima kenyataan. Dalam perjalanannya tidak semulus yang dibayangkan banyak permasalahan dan kendala yang muncul. Kendala yang pertama adalah pembengkakan dana. Berdasarkan RAB, pembakaran untuk tungku menggunakan 2 tabung gas 12 kg dengan harga tabung @ Rp. 400.000,- namun prakteknya harus menggunakan tabung gas 50 Kg dengan harga @ Rp. 1.200.000,- belum untuk pengisian gasnya. Namun ini tidak membuat patah semangat, menurut Pak Kades apapun yang terjadi pelatihan harus jalan terus, desa siap untuk menanggung kekurangan biaya tersebut. Kendala kedua muncul terkait dengan proses pembakaran.
Sempat muncul
kekhawatiran dari masyarakat bahkan dari TPK nya sendiri yang menyampaikan
kepada kami “Bu, bagaimana kalau nanti saat dibakar pecah semua?” sesuatu yang
semula tidak terbersit di pikiran kami sebetulnya. Namun akhirnya jadi pikiran
juga, ya, ya bagaiman kalau itu terjadi? Ketika kami tanyakan ke pelatihnya
jawabanya sangat simple dan membuat kami tersenyum simpul “Bu…Bu…santé
mawon!………tapi memang demikian kenyatannya ketika pembakaran pertama saat itu
kami sedang mengikuti pelatihan Penyegaran FK/FT, malam hari Ketua TPK sms “Bu,
barang sudah dibakar, tidak pecah dan hasilnya joss!! “. Dan memang hasilnya
luar biasa.. (menurut kami) bagus, berkelas, dan memiliki nilai seni. Dua
kendala besar sudah terlewati, bukan berarti terus muluuuus,… muncul kendala
ketiga. Dana dari PNPM hanya membiayai satu kali pengisian gas padahal barang
mentah masih banyak yang belum dibakar,produksi belum begitu banyak sedangkan
proses pelatihan baru setengah jalan. Keputusannya??…Produk Hasil pelatihan
harus mulai dipasarkan, sehingga hasil penjualannya bisa untuk membeli isi gas
dan bias produksi lagi.
Namun kemudian muncul permasalahan lagi bagaimana cara memasarkannya? kemana? Lewat Apa ?…..satu hal yang bisa dilakukan adalah lewat
pameran produk kerajinan, selain pemasaran secara langsung denagn menyebarkan
catalog. Untuk itu dari peserta pelatihan dibentuk tim/struktur ada bagian
humas, bagian pemasaran, bagian produksi, bagian pembentukan dan bagian
pembakaran. Agar lebih memudahkan dalam memasarkan dan mudah diingat Kelompok
ini dinamakan “Damar Aji” yang artinya sesuatu yang sangat berharga dan
sebagai penerang bagi masyarakat Desa Kramat.
Kami mencoba membantu mencarikan jalan,
lewat Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Kab Purbalingga
menghubungkan dengan Dekranasda (yang ada pada bagian Perekonomian, kantor
Setda kab Purbalingga). Dari Dekranasda memberikan ruang untuk mengisi outlet
yang ada di Owabong (Tempat Wisata Air di Purbalingga) sebagai tempat pemasaran
serta Tempat Wisata Aquarium Raksasa,Purbayasa, Purbalingga.
Berbagai produk keramik telah banyak dihasilkan baik benda
fungsional maupun Souvenir seperti Guci (dari ukuran kecil sampai besar),
asbak, teko, gelas, mangkuk, dan berbagai Souvenir.
Suatu kegiatan yang dimulai dari nol,
sebagai embrio, telah muncul. Mutiara yang terpendam di bumi Kramat telah
ditemukan, desa punya suatu potensi yang bisa dikembangkan terus dan terus
sehingga bisa menjadi mata pencaharian, memberikan peluang kerja, sekaligus
penghasilan bagi masyarakat. Inilah wujud nyata, dari PNPM Mandiri Perdesaan
lah yang telah mengawali , membukakan cakrawala baru bagi masyarakat desa
Kramat, sekaligus pencerahan untuk kehidupan yang lebih baik mendatang.
Agar mereka bisa berbangga, agar mereka
bisa tersenyum, menapak ke depan dengan mata pencaharian yang baru. Salam SI KOMPAK !!!!!!!!!!…………………
Emmy Indriawati/FK Kec Karangmoncol Kab. Purbalingga Jateng
DAMAR AJI
Rumah kerajinan dan Keramik
Desa Kramat, Karangmoncol,
Purbalingga – Jawa Tengah
Sumber :http://pnpmmppurbalingga.wordpress.com/2012/02/28/keramik-kramat-mutiara-yang-terpendam/attachment/21/
Post a Comment