Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Masyarakat awam biasanya berpikir bahwa sampah rumah tangga yang di hasilkan tidak akan bermanfaat bagi mereka. Sampah yang di hasilkan tadi di biarkan menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa menyadari bahwa sampah tersebut bisa sangat berguna bagi pendapatan mereka.
Sampah merupakan barang yang memiliki dua sisi berbeda; bila dibiarkan dan tidak dikelola maka akan menjadi masalah, bila dikelola dengan baik dan kreatif maka akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit.
Bermula dari rasa kesal dan gemas melihat banyaknya sampah, Muhammad Faiz, seorang pria asal Desa Kramat, Karangmoncol Purbalingga, Jawa Tengah, dia juga merupakan salah satu anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Kramat terjun menekuni bidang daur ulang sampah rumah tangga. Mulai dari bungkus kopi, bungkus detergen, hingga berbagai sampah kertas pun ia kumpulkan hingga menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi.
Dari sampah yang ia kumpulkan, perlahan ia mendaur ulang sampah sebagai karya kerajinan tangan, mulai dari tanaman hias hingga patung berbagai satwa. Dia juga bisa menerima pesanan berbagai bentuk kerajinan sesuai permintaan konsumen. Ia mengatakan hasil karya daur ulangnya yang dibuat dipatok dengan harga sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta tergantung tingkat kesulitan serta besar kecilnya karya yang dibuat.
Post a Comment